Kotanopan _ Suasana di lobi bekas Nagara Hotel, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) begitu sibuk. Belasan pria tampak asyik dengan pekerjaan masing-masing. Gedung yang berdiri di dekat pasar ini dipenuhi tumpukan manggis. Buah yang dikenal sebagai mutiara belantara.
Faisal Lubis, pengusaha muda yang fokus pada jual beli manggis menerima kedatangan kami pada Rabu malam, 22 Januari 2025, sekitar pukul 19.30 WIB. Di sela-sela kesibukannya malam itu, dia menyempatkan diri bercerita seputar bisnis yang dia geluti beberapa hari belakangan.
Meski baru di bisnus ini, Faisal bukan tanpa modal. Dia telah lama mengenal usaha jual beli manggis dari sang Ayah. Bisnis ini pun telah melekat pada keluarga mereka sejak akhir tahun 1980-an atau beberapa tahun sebelum dia dilahirkan. Sebelumnya, dia hanya ikut-ikutan dan baru panen awal tahun ini diberikan kendali penuh untuk mengelola bisnis tersebut.
Sesekali, tauke muda ini mengecek sortiran dan menimbang manggis para petani maupun pengepul. Dia juga bertindak sebagai juru bayar. Per Rabu kemarin, harga satu kilo sortiran super ada di angka Rp22.000. Untuk bekas sortiran, dia membayar Rp3.000 per kilogram.
Para tauke manggis ini biasanya menyortir buah dalam tiga tingkatan; Super 1, Super 2, dan BS (Bekas Sortiran). Namun, beberapa hanya mengambil Super 1 dan BS. Harga Super 2, biasanya setenga dari harga Super 1.
Buah bekas sortiran, kata Faisal, sebenarnya hanya bentuk pertolongan kepada para pekebun. Sejatinya, buah itu tidak masuk standar untuk pengiriman ke China. “Hitung-hitung membantu petani,” katanya.
Uniknya, sortiran tidak tergantung pada besaran buah. Melainkan, fokus pada kemulusan kulit dan kuping buah yang masih bagus atau belum merah. Faisal mengungkapkan, buah dengan kuping merah sudah tidak bisa dikirim ke Jakarta, mengingat lama perjalanan sampai tiga hari, karena potensial mengeras sebelum tiba di lokasi tujuan.
Lulusan SMK Negeri 1 Kotanopan ini menceritakan buah-buah super akan dikirim ke Jakarta menggunakan truk thermo king untuk seterusnya diekspor ke Negeri Tirai Bambu. Di sana, buah manggis digunakan sebagai persembahan, dan diolah untuk keperluan kosmetik maupun suplemen.
Putaran uang dalam bisnis jual beli mutiara belantara cukup banyak. Untuk satu kali pengiriman, per truk thermo king, omzetnya mencapai ratusan juta. Satu truk biasanya muat enam ton buah manggis. Faisal sendiri per hari bisa mendapatkan sampai 15 ton.
“Putaran uangnya cukup besar. Kalau seperti hari ini dengan harga jual Rp22 ribu per kilo, berarti untuk satu truk harga beli saja sudah Rp132 juta,” tutur pria yang baru menikah beberapa waktu lalu ini.
Para tauke ini sudah punya jaringan langsung dengan perusahaan. Beda tauke beda perusahaan. Kerja sama dengan perusahaan ekspor ini dimulai dari penyortiran. Para penyortir langsung didatangkan dari Jakarta untuk memastikan kualitas manggis yang dikirim sesuai standar ekspor.
Anak muda kelahiran tahun 1998 ini mengumpulkan manggis dari berbagai daerah di kabupaten ini. Dia optimistis masa panen masih cukup lama karena wilayah Mandailing Julu, utamanya Kecamatan Pakantan, belum masuk. Untuk Madina, lanjutnya, biasanya panen terakhir terjadi di kecamatan tersebut. Saat itu terjadi, harga manggis pun akan melonjak.
“Alhamdulillah, kami masih berani mengambil harga di atas. Tentu dengan harga seperti sekarang akan membantu para pekebun manggis di Madina,” pungkas Faisal.
Tak hanya pekebun, banyak warga yang mendapatkan efek domino dari musim buah dengan rasa manis ini. Selain pengepul, banyak yang memperoleh rezeki dengan menjadi pemanen, tukang angkut, atau penyortir.
Mangaraja Safaat, tauke lain yang berdomisili di Kecamatan Tambangan, bahkan mempekerjakan 35-40 warga untuk penyortiran awal. Per orang, pria yang acap memakai topi ini, memberikan upah Rp70.000 ditambah uang makan.
Sama seperti keluarga Faisal, dia juga telah menggeluti bisnis ini sejak puluhan tahun lalu. Tak hanya fokus jual beli, dia membangun kebun Manggis Berkah yang ditanami 500 batang manggis.
Manisnya bisnis buah manggis bisa dilihat dengan banyaknya pengepul yang muncul. Dari Jembatan Merah, Kecamatan Lembah Sorik Marapi, sampai ke pasar Kotanopan ada puluhan pengepul berjejer di pinggir jalan lintas Sumatera. Ini menandakan progres bisnis mutiara belantara benar-benar menggiurkan. (Rls)