-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sya'ban, Yuk Kita Sama Sama Kencangkan Sabuk Ibadah

Februari 08, 2025 | Februari 08, 2025 WIB Last Updated 2025-02-08T04:26:08Z
Jakarta,detiksatu.com || Mendekati musim panen, petani akan semakin merawat tanaman dan mempersiapkan keperluan memanennya

Sejatinya Ramadhan pun demikian. Beramal pada bulan Ramadhan tentu adalah kebaikan, namun Rasulullah mengingatkan agar membiasakan diri pada dua bulan sebelumnya, yakni bulan Rajab dan Sya’ban sehingga tidak “kaget” Ketika ramadhan tiba harus melakukan berbagai ibadah seperti tarawih dan mengkhatamkan Al-Qur’an al-Kariim.

Berbicara dua bulan haram sebelum bulan Ramadhan, bulan Sya’ban adalah bulan yang terhimpit di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan yan seringkali terlewat oleh kebanyakan orang. Rasulullah mengingatkan betapa pentingnya bulan ini dalam hadistnya:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفَلُ عَنْهُ النَّاسُ

“Itu adalah bulan yang mana orang-orang melalaikannya.” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa’i dari Usamah bin Zaid ra)

Sangat tepat untuk membentuk habits di bulan mulia ini, betapa banyak kebaikan pahala dan keberkahan yang dituai. Bulan Sya’ban juga terdapat momen penting didalamnya yang sangat disayangkan jika dilewatkan yakni Nishfu Sya’ban. Disunnahkan lebih banyak menghidupkan ibadah di malam-malamnya dengan berbagai amalan seperti shalat, dzikir, istighfar, dan doa.

Meski tidak terdapat tuntunan amalan khusus yang dilakukan untuk menghidupakan malam Nishfu Sya’ban ini, ulama menganjurkan untuk melakukan amalan ibadah yang dibenarkan oleh syariat. Sebagiamana kalam Abu Darda’:

جِدُّوْا بِالدُّعَاءِ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْثُرُ قَرْعَ الْبَابِ يُوْشِكُ أَنْ يَفْتَحَ لَهُ

“Bersungguh-sungguhnya dengan berdoa karena siapa saja yang banyak mengetuk pintu-Nya, hampir pasti Dia akan membukakan pintu untuknya.”

Betapa dimudahkannya seorang muslim dalam setiap urusannya, setiap aspek kehidupannya telah diberikan aturan. Bagaimana nasib manusia jika dibiarkan hidup tanpa aturan?

Bisa dibayangkan lalu lintas saja jika dibiarkan kendaraan lalu-lalang tanpa ada rambu-rambu akan terjadi banyak kecelakaan, bukankah manusia tanpa aturan akan menyebabkan banyak kerusakan di muka bumi?

Allah memperingatkan kita agar tidak menjadi pribadi yang gagal dalam menjalani kehidupan dan membuat kerusakankarena tidak mengikuti aturan Pencipta. Dalam Qur’an surah Thaaha ayat 124, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

Dan keberhasilan kehidupan pribadi telah Allah jelaskan dalam Qur’an surah An-Nahl ayat 97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Betapa kita mengharapkan suasa keimanan di bulan-bulan haram ini senantiasa ada dalam perguliran hari-hari seorang muslim. Nyatanya untuk istikamah bukanlah perkara yang mudah dalam kehidupan kapitalisme sekuler, yang menjadikan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan dan pemisahan agama dari kehidupan sebagai metode menjalani kehidupan. Kehidupan Muslim bukanlah kehidupan yang menjadikanmateri sebagai standar kebahagiannya dalam hidup.

Rasulullah Saw adalah Gambaran bagaiamana seorang muslim menyikapi kehidupannya. Jika Rasulullah menjadikan harta sebagai tolak ukur kebahagiaan bukankah Rasulullah yang paling berhak merasakan harta ghanimah?

Namun, berbanding terbalik, beliau menyalurkan harta-hartanya yang dimiliki dalam jumlah besar untuk memperluas syiar Islam, beliau memiliki harta namun hartanya tidak menjadi rotasi kehidupannya.

Pelajaran berharga dari momen Sya’ban bagi seorang muslim terletak pada sejauh apa penjagaan idrak silabillaah (kesadaran hubungannya dengan Allah). Allah telah menisbatkan kaum muslimin sebagai umat terbaik. Sebagaimana firman-Nya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dipersembahkan untuk manusia. Menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkardan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).

Namun berapa persentase jumlah umat Islam yang menjalankan kewajibannya dan menambah dengan amalan sunnahnya?

Apa yang menjamin umat Islam saat ini menjalankan kewajibannya Ketika dihadapkan dengan tantangan pekerjaan dan tantangan kehidupan yang lainnya? Sungguh, keberhasilan seorang muslim yaitu terbebasnya dari jerat pemahaman kapitalisme sekuler. Wallahu ‘Alam.
Diana Uswatun Hasanah, S. Ars
×
Berita Terbaru Update