Fogging dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran DBD dengan menyemprotkan insektisida dalam bentuk asap ke rumah-rumah warga. Insektisida ini berfungsi membunuh nyamuk Aedes aegypti dewasa, yang menjadi vektor utama penyebaran virus DBD.
Serka Iwan mengatakan, kegiatan fogging merupakan program dari Dinas Kesehatan yang diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya pencegahan dini munculnya kasus DBD.
“Kami menghimbau kepada warga yang rumahnya akan di fogging agar menutupi alat makan, pakaian, dan barang-barang penting lainnya secara rapat. Hindari meninggalkan makanan di tempat terbuka dan pastikan jendela dibuka lebar agar sirkulasi udara lancar. Ini penting untuk mencegah dampak negatif dari penyemprotan,” ujar Serka Iwan.
Ia juga menambahkan bahwa fogging akan lebih efektif jika dilakukan di seluruh bagian rumah, bukan hanya di luar atau di teras saja. “Nyamuk sering bersembunyi di kamar atau tempat yang gelap dan lembab. Maka dari itu, pengasapan harus menjangkau area dalam rumah agar hasilnya maksimal,” imbuhnya.
Selain fogging, masyarakat juga diimbau untuk menjalankan pola hidup bersih dan sehat melalui langkah 3M, Menguras tempat penampungan air, Menutup rapat tempat-tempat air, dan Mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.
“Fogging hanya salah satu metode pengendalian. Pencegahan yang berkelanjutan harus tetap dilakukan, terutama melalui 3M. Kesadaran dan peran aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam memberantas DBD,” pungkas Serka Iwan.
Tim Redaksi
